Ilustrasi
JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Peningkatan Produksi Negara Islam Indonesia (NII), Imam Supriyanto memberikan kesaksian, bahwa aktivis NII mulai masuk ke sejumlah partai politik, seperti Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Republikan. Hal itu dikatakannya seusai bertemu Wakil Ketua DPR asal Fraksi Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (2/5/2011).
"Meskipun aktivis NII tersebut baru sebatas anggota belum menjadi pengurus," kata Imam
Menurut dia, NII Komandemen Wilayah IX (KW IX) yang dipimpin oleh Syeh Panji Gumilang juga sedang
melakukan rekrutmen banyak anggota dari generasi muda, terutama pelajar dan mahasiswa. Pada rekrutmen tersebut, kata dia, NII KW IX tidak mengajarkan ideologi teror dan kekerasan, tetapi mengajarkan membayar infaq dan sodaqoh. Bahkan, kata dia, putra pimpinan NII KW IX, Syeh Panji Gumilang, saat ini menjadi anggota DPRD Kabupaten Indramayu dari Fraksi Partai Golkar.
Imam menambahkan, pimpinan partai politik juga menjalin hubungan baik dengan Syeh Panji Gumilang dan kadang berkunjung ke Pondok Pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat.
Menanggapi kesaksian Imam, Priyo mengatakan, dirinya merasa kaget ketika tamunya yang mantan pejabat NII menjelaskan soal strukur dan pengurus NII. Dari penjelasan tersebut, katanya, dirinya mengetahui NII KW IX dipimpin oleh Syah Panji Gumilang dengan struktur kabinetnya.
Dalam pertemuannya dengan Priyo hari ini, sejumlah mantan petinggi NII juga menjelaskan tentang informasi aset NII yang mencapai ratusan miliar yang pernah disimpan di Bank Century.
Imam membenarkan bahwa Panji Gumilang memiliki hubungan dekat dengan pemilik Bank Century, Robert Tantular. Panji mendepositokan uang Rp 250 miliar ke Bank Century. "Waktu itu masih Bank CIC. Panji punya hubungan dengan Robert Tantular, pendiri Century. CIC dulu sebelum jadi bank adalah money changer. Aset-asetnya tanah dan bangunan yang jadi pesantren. Usahanya ternak sapi perah," tandasnya.
Pekan lalu, kepada Tribunnews, Imam juga mengungkapkan bahwa aset NII senilai Rp 250 miliar juga diobligasikan dalam bentuk emas batangan yang ditaksir memiliki berat mencapai 20 ton.
"Kalau dirupiahkan, seingat saya ada Rp 250 miliar. Itu dalam bentuk obligasi dan emas batangan lebih kurang beratnya 20 ton," kata Imam Supriyanto, Kamis (28/4/2011).
Imam mengaku resmi meninggalkan NII tahun 2007 setelah mendapat nasihat dari ibundanya yang lebih dahulu keluar dari NII.
0 komentar:
Posting Komentar