Jakarta - Mantan Menteri Peningkatan Produksi Negara Islam Indonesia (NII) KW IX Imam Supriyanto mengungkapkan badan intelijen pernah menghidupkan kembali NII pada tahun 1971 atau tepatnya di era kepemimpinan Ali Murtopo. Tujuannya adalah untuk kepentingan politik, pendidikan dan ekonomi.
Imam menjelaskan, NII KW IX pimpinan Panji Gumilang merupakan penerus dari pendahulunya yang pernah berkaloborasi dengan Ali Murtopo.
“Berita bahwa yang namanya NII sudah lenyap bersama lenyapnya PKI, itu betul. Tapi ketika tahun 1971, NII itu kembali bangkit yang pada waktu itu dibangkitkan oleh salah seorang pejabat di intelijen yaitu Pak Ali Murtopo. Nah, para pembesar NII ini mau berkolaborasi karena diiming-imingi jabatan politik dan ekonomi sehingga terus berjalan. Akhirnya tongkat estafet itu jatuh pada Pak Panji Gumilang sejak tahun 1997,” ungkap Supriyanto dalam pertemuan dengan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso di gedung DPR-RI, Jakarta (2/5) .
Bahkan, ketika Hendropriyono menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), NII KW IX masih mendapatkan perlindungan secara khusus. Hal itu tercermin dari pernyatan Hendropriyono yang tetap akan melindungi pesantren Al Zaitun.
“Hendropriyono pernah mengeluarkan statemen, siapa yang mengganggu Al-Zaitun, langkahi dulu mayat saya, kurang lebih statemennya seperti itu. Iitu dulu waktu kunjungan ke Al-Zaitun, waktu masih Kepala BIN, dan kemudian banyak cd-cd kunjungan Pak Hendro itu disebarluaskan, dijual oleh Al-Zaitun. Tidak ada keterkaitan antara Al-Zaitun dengan intelijen,” kata Supriyanto.
Terkait soal penguatan basis ekonomi NII KW IX, Supriyanto menjelaskan, NII melakukan berbagai cara seperti membeli obligasi di Bank Century yang kini bernama Bank Mutiara. Dana yang terkumpul dari tahun 1993 hingga 2007 diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Oleh karena itu, ia berharap agari pimpinan DPR menelusuri dana itu untuk meminimalisir gerakan NII KW IX.
“Karena beliau (Priyo) adalah salah satu dari Tim Pengawas Century dan memang semacam dana obligasi sebagai modal awal pembangunan Mahat Al Zaitun yang merupakan program kaderisasi umat, yaitu melalui pendidikan, wujudnya adalah pesantren Al Zaitun. Ini modal awal dengan dana obligasi yang dikumpulkan dari para anggota yang pada waktu itu terkumpul 250 milyar, ini didepositokan di Bank Century, waktu itu masih Bank CIC tahun 1992-an,” tutur Supriyanto.
sumber: Primair Online
Imam menjelaskan, NII KW IX pimpinan Panji Gumilang merupakan penerus dari pendahulunya yang pernah berkaloborasi dengan Ali Murtopo.
“Berita bahwa yang namanya NII sudah lenyap bersama lenyapnya PKI, itu betul. Tapi ketika tahun 1971, NII itu kembali bangkit yang pada waktu itu dibangkitkan oleh salah seorang pejabat di intelijen yaitu Pak Ali Murtopo. Nah, para pembesar NII ini mau berkolaborasi karena diiming-imingi jabatan politik dan ekonomi sehingga terus berjalan. Akhirnya tongkat estafet itu jatuh pada Pak Panji Gumilang sejak tahun 1997,” ungkap Supriyanto dalam pertemuan dengan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso di gedung DPR-RI, Jakarta (2/5) .
Bahkan, ketika Hendropriyono menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), NII KW IX masih mendapatkan perlindungan secara khusus. Hal itu tercermin dari pernyatan Hendropriyono yang tetap akan melindungi pesantren Al Zaitun.
“Hendropriyono pernah mengeluarkan statemen, siapa yang mengganggu Al-Zaitun, langkahi dulu mayat saya, kurang lebih statemennya seperti itu. Iitu dulu waktu kunjungan ke Al-Zaitun, waktu masih Kepala BIN, dan kemudian banyak cd-cd kunjungan Pak Hendro itu disebarluaskan, dijual oleh Al-Zaitun. Tidak ada keterkaitan antara Al-Zaitun dengan intelijen,” kata Supriyanto.
Terkait soal penguatan basis ekonomi NII KW IX, Supriyanto menjelaskan, NII melakukan berbagai cara seperti membeli obligasi di Bank Century yang kini bernama Bank Mutiara. Dana yang terkumpul dari tahun 1993 hingga 2007 diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Oleh karena itu, ia berharap agari pimpinan DPR menelusuri dana itu untuk meminimalisir gerakan NII KW IX.
“Karena beliau (Priyo) adalah salah satu dari Tim Pengawas Century dan memang semacam dana obligasi sebagai modal awal pembangunan Mahat Al Zaitun yang merupakan program kaderisasi umat, yaitu melalui pendidikan, wujudnya adalah pesantren Al Zaitun. Ini modal awal dengan dana obligasi yang dikumpulkan dari para anggota yang pada waktu itu terkumpul 250 milyar, ini didepositokan di Bank Century, waktu itu masih Bank CIC tahun 1992-an,” tutur Supriyanto.
sumber: Primair Online
0 komentar:
Posting Komentar